Minggu, 02 Januari 2011

Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Oleh Deva19 (inisial)


Setelah aku mempelajari agama Islam, kristen, Hindu, dan Budha, maka Pencerahan Tertinggi yang bisa aku dapatkan terdapat di dalam ajaran Agama Budha.

Semua agama mengajarkan pentingnya menahan nafsu amarah. Tetapi tidak ada agama yang bisa menjelaskan bagaimana cara sistematis untuk menghancurkan sifat marah dalam hati, selain dari Agama Budha. Semua agama yang lain memerintahkan manusia untuk manahan amarah, sedangkan agama Budha tidak hanya memerintahkan menahan amarah, melainkan juga “melihat” amarah.

Dalam semua Agama lain, hidup berpusat pada Tuhan sebagai tujuan hidup dan kebahagiaan tertinggi. Tetapi, Tuhan adalah merupakan sosok yang gaib, misteri dan tidak akan pernah terjangkau oleh akal ataupun kesadaran. Tidak ada yang dapat berkomunikasi dengan tuhan, kecuali para nabi atau orang yang dipilih oleh tuhan itu sendiri. Sedangkan dalam Agama Budha, hidup berpusat kepada nibbana sebagai tujuan hidup dan pencapai kebahagiaan tertinggi. Sedangkan Nibbana ini merupakan sesuatu yang dapat direalisasi, bukan sosok misteri yang tidak dapat dijangkau oleh batin manusia. Dan ada cara sistematis untuk mencapainya. Semua orang dipersilahkan untuk mencapainya.

Dalam semua Agama dikisahkan tentang surga dan neraka. Tetapi semua kisah tersebut dikisahkan oleh Tuhan, dan tidak ada petunjuk, bagaimana agar manusia dapat melihatnya sendiri. Tetapi dalam Agama Budha, semua ajarannya adalah bersifat ehipasiko.

Dalam setiap Agama terdapat banyak sekte, aliran atau mazhab. Demikian juga dalam agama Buddha. Aku mendalami semua mazhab berbagai agama, tetapi pencerahan terbaik hanya aku dapatkan dalam mazhab Theravada, sebagai salah satu mazhab agama Budha. Dan jalan keluar dari kenbingunan terhadap banyaknya mazhab agama di dunia tersebut telah dijawab oleh sang Budha dengan sangar jelas dan rinci di dalam Sutta Kallama.

Dengan mendalami Agama Buddha, saya memahami kebenaran yang sesungguhnya dari kalimat-kalimat yang terdapat di dalam kitab-kitab agama lain. Sebelum mendalami agama Buddha, ajaran-ajaran agama lain itu serasa membingungkan buat saya.

Perdebatan dan perbedaan faham terjadi di semua umat beragama. Demikian pula diantara umat agama Budha. Dalam Islam, sunni dengan syiah senantiasa berdebat tentang ushuludin, perdebatan yang tidak berujung dan tidak berdampak pada perkembangan moral. Dalam kristenn, kelompok penganut Trinitas dengan Arinaism senantiasa berdebat, tanpa berujung pada berkembangnya kesucian. Tetapi di dalam umat Budha, perdebatan yang terjadi umumnya mengarah kepada terbentuknya pengetahuan tentang bagaimana mencapai kesucian. Perdebatan yang dianggap tidak membangun pengetahuan tentang pencapaian kesucian dianggap tidak bermanfaat oleh mayoritas umat Budhis, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadi perdebatan yang tidak berguna secara berlarut-larut. Saya pikir, mayoritas umat budhis lebih toleran terhadap perbedaan. Setidaknya, jika ada umat yang memiliki keyakinan yang menyimpang dari Agama Buddha, tidak sampai dipenjara atau dipenggal kepala.

Dalam semua agama diberitakan tentang pentingnya mencapai kesucian. Tetapi hanya Agama Buddha yang dapat memberi penjelasan yang sangat jelas tentang bentuk-bentuk kesucian dan cara terperinci untuk mencapai kesucian.

Agama Buddha adalah satu-satunya Agama yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan akal. Sebab semua ajarannya berdasarkan pembuktian secara langsung oleh setiap individu, bukan sesuatu yang umat wajib percaya begitu saja.

Hanya umat Buddha yang berkata kepada saya, “Jadilah seorang Buddhis, tanpa harus meninggalkan agama anda sebelumnya.” Tidak ada pemuka agama lain atau umat agama lain yang dapat berkata demikian. Umat yang lain senantiasa berkata, “tinggalkan agama lamamu sepenuhnya, untuk memeluk agama yang ini.” Hanya umat Buddha yang dapat memahami bahwa Agama bukanlah suatu label.

Dalam semua agama terdapat praktik meditasi, yang serupa dengan meditasi samatha di dalam Agama Buddha, tetapi praktik meditasi vippasana yang tersebar diantara umat Buddha, yang merupakan ajaran dari Agama Buddha, merupakan praktik meditasi yang tidak ada duanya, tidak ada padanannya di dalam agama lain.

Kebahagiaan hidupku dibangun oleh ajaran sang Buddha, kesehatan dan kekuatan tubuh-batinku dibangun melalui praktik meditasi samatha-vippasana, bagaimana mungkin aku tidak memilih agama Buddha sebagai agamaku? Itulah satu-satunya jalan bagiku untuk mencapai kebahagiaan hidup, dan tidak kulihat jalan lainnya.

Hanya sedikit yang menjadi ganjalan. Setelah membaca naskah-naskah Buddhisme, saya menemukan banyak fakta kebenaran yang tidak difahami oleh umat Buddhis itu sendiri. Saya sangat mengharapkan ada beberapa orang yang umat Buddhis yang memahami fakta kebenaran, sehingga dapat menguatkan tekad saya untuk bergabung dengan komunitas Budhis. Tetapi, saya tidak dapat mengemukakan apa saja fakta-fakta tersebut, karena akan sulit terjangkau oleh nalar umat Buddhis. Dari pada menimbulkan pertentangan, lebih baik saya menyimpannya untuk diri saya sendiri. Tapi saya bertekad, jika suatu waktu ada seorang Buddhis, seorang umat biasa ataupun Bikkhu yang dapat menjelaskan fakta-fakta kebenaran yang tersembunyi dari ajaran Sang Buddha, maka pada saat itulah saya akan bergabung dengan komunitas umat Buddhis.

=======================================================

selama agama hanya menjadi bahan perdebatan, maka ia tidak akan berbuah kesucian. selama tidak berbuah kesucian, maka tidak akan berbuah pengetahuan sejati, selama tidak berbuah kepada kesucian sejati, maka tidak ada kebijaksanaan, selama tidak ada kebijaksanaan, tidak ada kebahagiaan. selama tidak ada kebahagiaan, maka tidak ada kebenaran.

tidak agama yang terlihat benar, selama agama hanya diperdebatkan. jika agama hanya menjadi bahan renungan, maka semua agama salah. Agama bukan untuk diperdebatkan, tetapi untuk dipraktikan. ajaran yang harus dipraktikan adalah yang berbuah kesucian.

di dalam agama budha atau agama lainnya, selalu ada penyimpangan-penyimpangan ajaran. tetapi bila ada satu saja yang dapat memberi penjelasan dengan benar, berarti agama yang benar telah ditemukan.

seorang ulama syiah memang merupakan pakar fisika, kimia, biologi, astronomi, dll, mereka dapat menunjukan jalan bagi manusia untuk mencapai suatu kondisi batin yang tinggi. akan tetapi apa arti semua itu, bila batin saya tidak dapat berkembang dengan ajaran mereka. dan bila batin saya bisa berkembang melalui ajaran budha, berarti ajaran budha itulah jalan satu-satunya yang harus saya tempuh.

seorang ulama syiah pernah berkata kepada saya, "tinggalkanlah semua ajaran budha yang selama ini kau yakini dan kau praktikan, sesungguhnya ajaran Islam sudah mencakup segala kebenaran yang diajarkan oleh sang Budha."

saya menjawab,"lebih baik Habib ajarkan saja dulu ilmu habib kepada saya. kalau sudah terasa atau terlihat oleh saya bahwa memang ajaran Habib mencakup semua ajaran sang Budha, tentulah saya tidak perlu lagi datang ke vihara untuk belajar kepada seorang bikhu."

tetapi 7 tahun sudah berlalu, Habib tersebut belum pula mengajarkan apapun pada saya. 

===================================================

saya tidak mempelajari agama budha sejak 7 tahun lalu. itu tadi saya agak ceroboh menulisnya. sebenarnya saya baru mempelajarinya sejak tahun 2004, secara sekilas-sekilas dengn mendengarkan uraian dhamma di televisi. pada tahun 2005 atau 2006, saya mulai membaca-baca artikel budhis di internet. tahun 2007, saya baru benar-benar tertarik dengan agama budha, dan mulai membeli buku-buku budhis.

adapun sebelum tahun 2004, yaitu sejak saya kecil, saya sudah terbiasa bermeditasi. tidak ada orang yang mengajarkan. tetapi saya seperti terdorong secara insting saja untuk bermeditasi. tangan saya seringkali seperti digerakan oleh suatu energi yang memaksa saya untuk menyatukan kedua telapak tangan (posisi sembah) dan menegakan punggung. waktu itu saya tidak tahu menahu soal budhis atau ajran agama lainnya. pengalaman-pengalaman saya dalam mditasi, melahirkan pemahaman-pemahaman yang menrutu Habib syiah itu merupakan faham agama Budha. jadi, kalau dihitung dari masa ketika saya berbicara ke Habib, itu kira-kira memang ada 7 tahun yang lalu.


Sumber: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13934.0