Sabtu, 04 Juni 2011


Fenomena Hubungan Karma, Dituturkan oleh Ir Ariya Chandra


Fenomena Hubungan Karma
Dituturkan oleh Ir Ariya Chandra


Banyak kejadian di dunia ini yang sepintas lalu dilihat sebagai kejadian yang kebetulan saja terjadi, namun bila beberapa kejadian yang sama terjadi berulang-ulang kita tidak dapat lagi mengatakan bahwa kejadian tersebut sebagai kejadian yang kebetulan belaka. Menurut Hukum Karma, tidak ada kejadian yang terjadi secara kebetulan. Semua peristiwa dapat timbul karena ada sebab sebelumnya dan menimbulkan akibat sesudahnya. Namun banyak orang yang meragukan hal ini. Saya telah mengalami banyak kejadian tersebut, beberapa diantaranya akan saya kisahkan di bawah ini.

Ibu Muladewi adalah salah seorang upasika angkatan pertama di Bogor. Beberapa tahun yang lalu beliau jatuh sakit dan dokter menasehatinya untuk melakukan tindakan operasi. Saya bersama isteri mengunjunginya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Jatinegara. Pada waktu kunjungan tersebut saya menawarkan beliau untuk mengundang bhikkhu membacakan paritat sebelum operasi esok harinya. Beliau yang tingak di Bogor, tidak tahu harus mengundang bhikkhu yang mana. Saya mengatakan akan menjemput bhikkhu siapa saja yang ada di Vihara Dhammacakka, Sunter. Pada waktu itu secara kebetulan Bhante Khantidaro, yang dahulunya bernama Djamal Bakir, baru saja tiba dari kota Malang. Beliau setuju saja untuk membacakan paritta bagi Ibu Muladewi. Pertemuan kedua orang itu adalah pertemuan di antara dua sahabat yang telah lama berpisah. Mereka telah bersahabat sejak tahun enam puluhan. Pertemuan orang itu mungkin hanya kebetulan semata.

Untuk kedua kalinya ibu Muladewi kembali sakit. Kali ini beliau dirawat di Rumah Sakit MMC, juga untuk keperluan operasi. Saya kembali menawarkan untuk mengundang bhikkhu membacakan paritta. Secara kebetulan pula Bhante Khantidharo, yang tinggal di kota Malang baru saja tiba. Pertemuan kedua kalinya ini membawa surprise. Apakah kedua orang itu, dari dua kota yang berjauhan, hanya secara kebetulan saja bertemu di rumah sakit untuk keperluan membaca paritta? Saya pikir, pasti ada hubungan karma di antara mereka.

Setelah mengalami sakit yang cukup lama, Ibu Muladewi kembali dirawat di rumah sakit Azra, Bogor. Kami sering mengunjunginya di rumah sakit untuk membacakan Paritta. Suatu hari, sekitar pukul tujuh pagi saya menerima telephone dari dokter Andri, anak Ibu Muladewi. Ia terkejut seewaktu saya menjawab telephone. Ia mengatakan bahwa secara tidak sengaja ia telah menekan telephone genggamnya, padahal ia bermaksud untuk menelephone kawannya. Pada waktu menerima telephone dari dr. Andri, saya juga terkejut. Saya berpikir, jangan-jangan terjadi apa-apa mengenai ibunya. Ia mengatakan bahwa ibunya baik-baik saja. Demikian juga pada waktu saya tanyakan, apakah ada pesan dari ibunya, ia mengatakan tidak ada. Namun dalam hati saya sedikit kuatir. Saya katakan pada isteri saya bahwa dr. Andri pasti akan menelephone saya sekali lagi bila ada pesan khusus.

Benar saja, tidak lama kemudian dr. Andri secara tidak sengaja kembali menelephone saya. Ia mengatakan bahwa ia menekan nomor telephone kawannya, namun kembali tersambung ke rumah saya. Kembali saya katakan kepada dr. Andri, kalau-kalau ia ingat ibunya pernah menitipkan pesan untuk isteri saya. Ibunya dengan isteri saya memnpunyai hubungan yang akrab, bagaikan ibu dengan anak. Saya katakan juga supaya ia jangan ragu-ragu untuk menyampaikannya. Ia kembali mengatakan tidak ada. Sesungguhnya ia memang tidak membawa pesan apa-apa dari ibunya. Namun saya katakan kepada isteri saya bahwa dr. Andri pasti akan menelephone kami lagi kalau ada hal yang penting. Beberapa jam kemudian, saya kembali menerima telephone tidak sengaja dari dr. Andri. Ia mengatakan bawha ia telah melakukan beberapa pembicaraan telephone dengan kawannya dan secara tidak sengaja telephone genggamnya kembali tersambung ke rumah saya. Saya kembali menanyakan apakah kali ini ia ingat akan pesan dari ibunya. Ia mengatakan bahwa ibunya memang tidak menyampaikan pesan apa-apa dan keadaannya memang tidak sebaik sebelumnya.

Setelah menerima tiga kali telephone tidak disengaja, kami berpikir barangkali ada pesan penting yang berselubung untuk kami. Oleh karenanya, kami langsung berangkat ke Bogor untuk menjenguk ibu Muladewi. Ternyata keadaan ibu Muladewi memburuk. Kami segera membacakan paritta. Itulah pertemuan kami yang terakhir. Tak lama kemudian ibu Muladewi menghembuskan napasnya yang terakhir. Apakah tiga kali telephone tidak sengaja dari dr. Andri hanya kebetulan semata? Saya pikir pasti ada sesuatu yang menghubungkan peristiwa itu dengan pertemuan kami yang terakhir dan wafatnya ibu Muladewi.

Romo pandita Widyadharma adalah guru Dhamma saya yang pertama. Saya mengenalnya melakukan anaknya yang sekelas dengan adik saya. Saya kemudian mengikuti kursus Buddha Dhamma yang diajarkannya secara sistematik dan dilanjutkan dengan pelatihan berkhotbah. Saya selalu mengikutinya sewaktu beliau berkhotbah di vihara-vihara atau cetiya-cetiya. Bila ada bhikkhu yang berkhotbah, misalnya di rumah duka, beliau menguraikannya dan menjelaskannya khotbah itu dengan saya. Ada satu hal yang tidak saya lupakan, yaitu beliau pernah mengatakan bahwa di negara Buddhis, bila seseorang meninggal atau akan meninggal, maka dibacakanlah Maha Satipatthana Sutta untuk kebahagiannya. Saya pernah ragu-ragu terhadap hal ini karena Maha Satipatthana Sutta adalah sutta yang panjang. Namun hal ini saya ingat terus sampai saatnya beliau meninggal dunia. Pada waktu para bhikkhu membacakan paritta, saya teringat perkataan beliau. Saya perhatikan terus paritta yang dibacakan oleh para bhikkhu, barangkali ada yang membacakan Maha Satipatthana Sutta. Ternyata tidak ada! Hati saya sedikit kecewa. Namun apa yang terjadi kemudian? Ternyata Bhante Khantidharo mengkhotbahkan seluruh isi Maha Satipatthana Sutta! Apakah kedatangan Bhante Khantidharo dari kota Malang hanya kebetulan belaka? Apakah isi khotbah Bhante juga kebetulan juga? Siapakah yang memberitahukan Bhante Khantidharo agar berkhotbah tentang Maha Satipatthana Sutta? Mereka adalah sahabat sejak puluhan tahun yang lalu! Saya yakin pasti ada hubungan karma di antara keduannya!

Bila kita mempelajari Hukum Karma dan kemudian memperhatikan kejadian-kejadian penting dalam perjalanan hidup, kita akan mengalami kebenaran dari Hukum Karma ini. Setiap perkataan dan setiap janji pasti akan berbuah! Dan, itu bukanlah kebetulan. Setiap kejadian pada saat ini pasti ada hubungannya dengan perbuatan di masa lalu!

(Dikutip dari buku Melangkah dalam Dhamma, Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda, Jakarta, 2001)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar